- Kaya Bahasa Melayu dengan tamsil ibaratnya. Salah satunya simpulan bahasa. Simpulan bahasa adalah bentuk peribahasa yang paling mudah.
- Biasanya simpulan bahasa terdiri daripada dua patah kata yang membawa maksud yang tepat dan padat.
orang yang suka menghasut
Pengadu domba, si pemecah -belah dan batu api...apa kata Al-Quran tentang mereka?
Jika kita menjadi pengadu domba yang menambah buruk lagi keadaan, bimbang diri hilang kelayakan untuk menjejaki syurga Allah.
Sukakah melihat perpecahan dalam keluarga atau dalam sebuah persahabatan atau dalam sebuah komuniti? Sukakah melihat kedua-dua pihak terus bermasam muka atau bertelagah?
Sekiranya tidak mampu menjadi pemulih keadaan, adalah lebih baik berdiam diri dan berdoa supaya keadaan pulih seperti sedia kala. Bukan dengan mengipas atau memanaskan hati mana-mana pihak yang terbabit.Berikut adalah petikan hadis dan ayat Quran yang mencela kelakuan si pengadu domba. Harap dimanfaatkan..
Pengadu Domba Tidak Masuk Surga
Hudzaifah bin Al-Yaman radhiallahu anhuma berkata: Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ نَمَّامٌ
“Tidak akan masuk surga orang yang suka mengadu domba.” (HR. Muslim no. 105)
Maksudnya: Tidak akan masuk surga pertama kali bersama dengan orang-orang yang masuk, melainkan dia akan disucikan dulu di neraka.
Dari Abdullah bin Abbas radhiallahu anhuma dia berkata:
مَرَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى قَبْرَيْنِ فَقَالَ أَمَا إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ وَأَمَّا الْآخَرُ فَكَانَ لَا يَسْتَتِرُ مِنْ بَوْلِهِ قَالَ فَدَعَا بِعَسِيبٍ رَطْبٍ فَشَقَّهُ بِاثْنَيْنِ ثُمَّ غَرَسَ عَلَى هَذَا وَاحِدًا وَعَلَى هَذَا وَاحِدًا ثُمَّ قَالَ لَعَلَّهُ أَنْ يُخَفَّفُ عَنْهُمَا مَا لَمْ يَيْبَسَا
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah melewati dua kuburan, lalu beliau bersabda, “Ketahuilah, sesungguhnya kedua penghuni kubur ini sedang disiksa. Dan mereka berdua disiksa bukan karena sesuatu yang besar. Adapun salah seorang di antara mereka disiksa karena suka mengadu-domba sedangkan yang lainnya disiksa karena tidak menjaga dirinya dari (percikan) kencingnya.” Kemudian beliau meminta pelepah kurma basah, lalu membelahnya menjadi dua. Kemudian beliau menanam salah satunya pada kubur yang pertama dan yang satu lagi pada kubur yang kedua. Kemudian beliau bersabda, “Semoga siksa keduanya diringankan selama kedua pelepah ini belum kering.” (HR. Al-Bukhari no. 6055 dan Muslim no. 292)
Penjelasan ringkas:
Namimah atau adu domba adalah perbuatan menukil ucapan sebagian orang lalu membawanya kepada sebagian orang lainnya dengan tujuan untuk merusak hubungan baik di antara kedua golongan tersebut. Ini merupakan amalan yang sangat tercela, Allah Ta’ala sendiri yang langsung mencelanya dan melarang kaum muslimin untuk mendengarkan celaannya. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan janganlah kamu mengikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela, yang kesana kemari mengadu domba, yang banyak menghalangi perbuatan baik, yang melampaui batas, lagi banyak dosa.” (QS. Al-Qalam: 10-12)
Namimah termasuk dari dosa-dosa besar, karenanya Nabi shallallahu alaihi wasallam mengabarkan bahwa di antara amalan yang paling banyak menyebabkan seseorang disiksa dalam kuburnya adalah karena dia melakukan namimah di muka bumi ini.
Adapun maksud kalimat ‘disiksa bukan karena sesuatu yang besar’ dalam hadits Ibnu Abbas di atas, maka itu bukan berarti kedua amalan itu bukanlah dosa besar. Akan tetapi yang dimaksud adalah bahwa kedua amalan itu kecil atau enteng di mata mereka berdua atau di mata banyak manusia, akan tetapi sebenarnya kedua amalan ini sangat besar dosanya di mata Allah Ta’ala. Ini dipertegan oleh hadits Hudzifah di atas yang menyebutkan secara tegas bahwa pelaku namimah tidak akan masuk surga.
Adapun berkenaan dengan hadits Ibnu Mas’ud radhiallahu anhu di atas, maka Ibnu Abdil Barr telah menyebutkan dari Yahya bin Abi Katsir bahwa beliau berkata, “Dalam sekejap, pelaku adu domba dan kedustaan bisa menimbulkan kerusakan dengan kerusakan yang tidak bisa ditimbulkan oleh penyihir dalam satu tahun.”
Abu Al-Khaththab berkata dalam Uyun As-Sa`il, “Di antara bentuk sihir, mengadakan adu domba dan merusak hubungan di antara manusia.”
Alasan namimah disamakan dengan sihir, karena kedua amalan ini bisa mengadakan kerusakan di tengah-tengah manusia secara cepat, tersembunyi, dan disertai dengan makar atau tipu daya. Dari sisi inilah para ulama menyamakan keduanya, bukan dari sisi hukuman bagi pelakunya. Karena sudah dimaklumi bahwa pelaku sihir adalah kafir sementara pelaku namimah masih seorang muslim walaupun dia berbuat dosa yang sangat besar.
Diambil dari: http://al-atsariyyah.com/pengadu-domba-tidak-masuk-surga.html
0 comments:
Post a Comment